
Wasiat Mencapai Taqwa: Jalan Menuju Kedekatan dengan Allah SWT
Dalam perjalanan hidup seorang muslim, tidak ada tujuan yang lebih mulia selain mencapai taqwa—kedekatan dengan Allah SWT melalui ketaatan dan ketundukan total kepada-Nya. Taqwa bukan sekadar simbol atau amalan ritual belaka, tetapi merupakan kondisi hati yang terus-menerus dipupuk melalui usaha lahir dan batin. Untuk mencapai taqwa yang hakiki, para ulama telah menurunkan wasiat-wasiat luhur yang menjadi fondasi spiritual seorang hamba dalam menjalani kehidupannya.
Wasiat ini tidak hanya bersifat teoretis, tetapi juga praktis dan relevan untuk diimplementasikan dalam setiap aspek kehidupan. Di antara wasiat tersebut adalah taubat, qana’ah, zuhud, muhafadzat ‘alassunnah, ta‘alumul ilmi syar’i, tawakkal, ikhlas, uzlah, dan hifdzul auqat. Kesembilan prinsip ini saling berkaitan satu sama lain, membentuk jalan lurus menuju keridhaan Ilahi dan keselamatan dunia akhirat.
- Taubat: Pintu Awal Menuju Taqwa
Taubat adalah awal dari segala awal. Tanpa taubat yang benar, tidak mungkin seseorang bisa membersihkan diri dari dosa dan kesesatan. Dosa-dosa, baik besar maupun kecil, menjadi penghalang antara manusia dengan Rabb-nya. Oleh karena itu, taubat harus dilakukan dengan tulus, disertai penyesalan yang mendalam, tekad kuat untuk tidak mengulangi kesalahan, serta memohon ampunan kepada Allah SWT yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Allah berfirman:
وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَ الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Dan bertaubatlah kamu semua kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, agar kamu beruntung.” (QS. An-Nur: 31)
- Qana’ah: Kunci Ketenangan Hati
Qana’ah adalah sikap puas dengan pemberian Allah, tanpa dibarengi rasa iri terhadap nikmat yang diterima oleh orang lain. Orang yang qana’ah tidak akan pernah merasa miskin meskipun hartanya sedikit, karena ia yakin bahwa rezeki yang datang dari Allah sudah pasti cukup dan barakah.
Rasulullah SAW bersabda:
نِعْمَةُ الرِّزْقِ قَنَاعَةٌ فَإِنَّ الْقَنَاعَةَ مَا يُغْنِي عَنْ كُلِّ شَيْءٍ
“Sebaik-baik rezeki adalah qana’ah, karena sesungguhnya qana’ah dapat mencukupi segalanya.”.
- Zuhud: Melepaskan Dunia sebagai Prioritas
Zuhud bukan berarti meninggalkan dunia sepenuhnya, tetapi meletakkan dunia pada tempatnya sebagai sarana untuk akhirat. Zuhud membuat hati tidak terikat pada materi dan kemewahan duniawi. Ia adalah benteng jiwa dari godaan hedonisme dan materialisme yang seringkali mengalihkan manusia dari dzikrullah.
Nabi Musa AS pernah ditanya: “Siapa orang yang zuhud di dunia?” Beliau menjawab: “Orang yang jika diberi nikmat, ia bersyukur; jika ditimpa musibah, ia bersabar; dan jika melakukan dosa, ia bertaubat.”
- Muhafadzat ‘alassunnah: Menjaga Sunnah Nabi sebagai Petunjuk
Sunnah Rasulullah SAW adalah penjelas bagi Al-Qur’an dan teladan hidup seorang mukmin. Menjaga sunnah berarti melestarikan ajaran Islam secara utuh, termasuk dalam perkataan, perbuatan, dan sikap hidup. Seorang yang ingin mencapai taqwa harus berpegang teguh pada sunnah, walau banyak tantangan zaman yang mencoba mengikisnya.
مَنْ أَحْيَا سُنَّتِي فَقَدْ أَحْبَانِي وَمَنْ أَحْبَانِي كَانَ مَعِي فِي الْجَنَّةِ
“Barang siapa yang menghidupkan sunnahku, maka dia telah mencintaiku, dan barang siapa yang mencintaiku, maka dia akan bersamaku di surga.” (HR. Ahmad)
- Ta‘alumul Ilmi Syar’i: Menuntut Ilmu Agama sebagai Fondasi Amal
Ilmu syar’i adalah dasar dari seluruh amal ibadah. Tanpa ilmu, ibadah bisa menjadi sia-sia bahkan menyimpang. Oleh karena itu, menuntut ilmu agama wajib bagi setiap muslim, baik laki-laki maupun perempuan. Ilmu yang diamalkan akan menjadi cahaya di dunia dan bekal di akhirat.
اُطْلُبُوا الْعِلْمَ مِنَ الْمَهْدِ إِلَى التَّلَادِ
“Tuntutlah ilmu dari buaian sampai liang lahat.” (HR. Ibnu Majah)
- Tawakkal: Mempercayakan Segalanya kepada Allah
Tawakkal adalah menyerahkan urusan kepada Allah SWT setelah melakukan ikhtiar secara maksimal. Ini adalah bentuk ketaatan tertinggi seorang hamba yang menyadari bahwa hanya Allah lah yang Maha Kuasa atas segalanya.
وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ
“Dan hanya kepada Allah sajalah orang-orang beriman harus bertawakkal.” (QS. Al-Anfal: 68)
- Ikhlas: Membersihkan Niat dalam Beramal
Ikhlas adalah inti dari semua ibadah. Tidak ada nilai dalam sebuah amal jika tidak dilandasi niat yang murni hanya untuk Allah SWT. Ikhlas adalah rahasia terbesar dalam mencapai taqwa, karena Allah tidak melihat bentuk amal, tetapi niat di baliknya.
إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ
“Sesungguhnya segala perkara itu tergantung niatnya.” (HR. Bukhari)
- Uzlah: Menjaga Jiwa dari Godaan Keramaian
Uzlah bukanlah penyendirian secara mutlak, tetapi memilih waktu untuk menyendiri demi membersihkan jiwa dan fokus beribadah. Uzlah penting untuk menjaga hati dari fitnah, gosip, dan pergaulan yang tidak mendekatkan kepada Allah.
Rasulullah SAW bersabda:
الْعَبْدُ الْمُؤْمِنُ الْمُخْلِصُ فِي عَيْنِهِ غُرْبَةٌ
“Seorang hamba mukmin yang ikhlas bagaikan orang asing di tengah keramaian.”
- Hifdzul Auqat: Menghargai Waktu sebagai Nikmat Terbesar
Waktu adalah modal hidup yang sangat berharga. Setiap detik yang berlalu tidak akan pernah kembali. Orang yang ingin mencapai taqwa harus pandai-pandai menjaga waktunya, tidak menyia-nyiakannya dengan hal-hal yang tidak bermanfaat.
النَّاسُ يَخْسَرُونَ إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ
“Kehidupan manusia itu hanyalah kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh.” (QS. Al-‘Asr: 2–3)
Mencapai taqwa bukanlah pekerjaan semalam, tetapi proses panjang yang membutuhkan komitmen, sabar, dan istiqamah. Melalui sembilan wasiat ini—taubat, qana’ah, zuhud, muhafadzat ‘alassunnah, ta‘alumul ilmi syar’i, tawakkal, ikhlas, uzlah, dan hifdzul auqat—seorang hamba bisa membangun fondasi spiritual yang kokoh, menjadikan taqwa sebagai pegangan hidup dan tujuan utama.
Mari kita renungkan, evaluasi, dan praktikkan wasiat-wasiat ini dalam kehidupan sehari-hari, semoga Allah memberikan taufik dan hidayah-Nya kepada kita semua untuk menjadi hamba yang senantiasa taqwa dan dicintai-Nya.
Wallahu a’lam bishawab.
(*/al)




