
ASAI Gelar Simposium Nasional di UIN Antasari: Bahas Tantangan Agama di Era Digital
Banjarmasin, 14 Agustus 2024 – Asosiasi Studi Agama-Agama Indonesia (ASAI) sukses menyelenggarakan Simposium Nasional Studi Agama XII di Universitas Islam Negeri (UIN) Antasari Banjarmasin pada Rabu, 14 Agustus 2024. Acara ini mempertemukan para akademisi, peneliti, praktisi, serta mahasiswa dari berbagai universitas di Indonesia untuk mendiskusikan isu-isu strategis terkait agama dalam menghadapi perubahan sosial yang semakin cepat di era digital.
Simposium ini berfokus pada pengembangan dialog lintas agama, yang semakin penting di tengah dinamika global yang kompleks. Beberapa topik yang dibahas antara lain tantangan moderasi beragama di era digital, peran agama dalam merespons krisis kemanusiaan global, serta pemanfaatan teknologi dalam pendidikan agama.
Ketua Jurusan Program Studi Studi Agama-Agama UIN Antasari, dalam sambutannya, menekankan pentingnya acara ini bagi kontribusi daerah Banjarmasin di tingkat nasional. “Simposium ini bukan hanya kesempatan untuk memperkuat pemahaman lintas agama, tetapi juga untuk memperluas peran Banjarmasin dalam kancah akademik nasional. Alhamdulillah, dalam kepengurusan ASAI yang baru, ada 5 orang dari Banjarmasin yang terlibat,” ujarnya, menunjukkan kebanggaan atas keterlibatan lokal dalam kepengurusan asosiasi ini.
Selain sebagai forum akademik bergengsi, simposium kali ini juga menandai pergantian kepemimpinan ASAI. Prof. Dr. H. Ahmad Muttaqin, M.Ag., M.A., Ph.D., yang telah memimpin asosiasi ini selama beberapa periode, secara resmi menyerahkan tongkat estafet kepemimpinan kepada Prof. Dr. H. Deni Miharja, M.Ag. melalui pemilihan yang dilakukan dalam sidang pleno asosiasi.
Pergantian ini diharapkan membawa inovasi dan energi baru dalam pengembangan studi agama di Indonesia. Dengan kepemimpinan baru dan hasil-hasil diskusi dari simposium ini, ASAI diharapkan dapat memberikan kontribusi signifikan dalam memperkaya pemahaman keagamaan serta memperkuat kerja sama lintas agama yang lebih erat di Indonesia.
Isu-isu yang dibahas selama simposium juga diharapkan dapat mendorong pengembangan ilmu pengetahuan agama yang responsif terhadap tantangan global, khususnya di tengah perubahan sosial yang dipercepat oleh teknologi dan digitalisasi.