
FUH UIN Antasari Gelar ICONUS III Bertepatan Hari Sumpah Pemuda: Angkat Isu Religi dan Ekologi dalam Perspektif Islam
BANJARBARU – Di tengah semangat peringatan Hari Sumpah Pemuda ke-97, Fakultas Ushuluddin dan Humaniora (FUH) Universitas Islam Negeri (UIN) Antasari kembali menggelar The 3rd International Conference on Ushuluddin and Humanities (ICONUS) pada Selasa (28/10/2025) di Aula Rektorat Kampus 2 Banjarbaru. Tahun ini, konferensi ilmiah bergengsi tersebut mengusung tema “Religion and Ecology: Inspiration from The Qur’an, Tradition, and Islamic Civilization.”
Konferensi menghadirkan narasumber internasional dari Universiti Islam Malaysia, Prof. Dr. Ahamad Asmadi Sakat, serta pakar internal UIN Antasari, Prof. Dr. Wardani, M.Ag. Acara dibuka secara resmi oleh Rektor UIN Antasari Prof. Dr. H. Mujiburrahman, M.A., yang diwakili oleh Wakil Rektor Bidang Administrasi Umum, Perencanaan, dan Keuangan Prof. Dr. H. Akhmad Sagir, M.Ag.

Dalam sambutannya, Prof. Sagir menegaskan bahwa tema yang diangkat selaras dengan urgensi isu global mengenai perubahan iklim dan tanggung jawab moral umat beragama terhadap kelestarian bumi.
“Kita sengaja menghadirkan para pakar yang kompeten di bidangnya untuk membahas tema penting ini, agar hasilnya tidak hanya berhenti pada tataran wacana, tetapi juga mendorong aksi nyata dalam menyelamatkan alam,” ujarnya.
Ia juga menambahkan bahwa UIN Antasari terus berkomitmen mewujudkan konsep green campus sebagai bentuk nyata kepedulian terhadap lingkungan hidup.

Sebelumnya, Dekan FUH Dr. Dzikri Nirwana, M.Ag. selaku tuan rumah menyampaikan bahwa ICONUS merupakan agenda akademik tahunan yang telah berlangsung sejak tahun 2023. Tahun ini, isu ekologi diangkat karena relevan dengan arah kebijakan nasional dan target kinerja Kementerian Agama.
“UIN Antasari terus melakukan berbagai inovasi, salah satunya dengan membuka Program Studi Ilmu Lingkungan. Kami berharap kontribusi akademik ini dapat memperkaya wacana dan solusi konkret bagi pelestarian lingkungan,” ungkapnya.

Krisis Lingkungan sebagai Krisis Spiritual
Pada sesi utama, Prof. Dr. Wardani, M.Ag. memaparkan materi bertajuk “Islam Ramah Lingkungan: Perspektif Eko-Teologi Al-Qur’an.” Dalam paparannya, ia menegaskan bahwa akar terdalam dari krisis lingkungan bukan hanya bersifat ekologis, tetapi juga spiritual.
Mengutip pandangan Al Gore, Prof. Wardani menyatakan bahwa “semakin dalam seseorang menelusuri akar krisis lingkungan, semakin jelas bahwa persoalan ini merupakan manifestasi nyata dari krisis spiritual.”
Ia memperkenalkan konsep “kufur ekologis” — yaitu pandangan yang mengabaikan kesucian dan makna teologis dari alam ciptaan Allah. Menurutnya, sikap ini menandakan pengingkaran terhadap tanggung jawab moral manusia sebagai khalifah di bumi.

Kajian Hadis dan Upaya Menyatukan Umat
Sementara itu, Prof. Dr. Ahamad Asmadi Sakat dari Universiti Islam Malaysia menyajikan materi bertajuk “Polemik Hadis para Ulama Hadis: Kekuatan dan Cara Berinteraksi Menyatukan Umat.” Ia menyoroti pentingnya memahami metodologi hadis secara komprehensif, agar perbedaan pandangan tidak menjadi sumber perpecahan, melainkan kekuatan dalam membangun harmoni umat Islam.
Setelah sesi tanya jawab yang berlangsung interaktif, konferensi dilanjutkan dengan presentasi panel oleh para akademisi dan peneliti, baik secara luring maupun daring. Para peserta memaparkan hasil riset terkini seputar isu agama, kemanusiaan, dan lingkungan dalam bingkai pemikiran Islam kontemporer.
Konferensi internasional ini diharapkan menjadi ruang kolaboratif bagi para cendekiawan untuk memperkuat kesadaran ekologis berbasis nilai-nilai keislaman, serta memperluas kontribusi akademik UIN Antasari di kancah global.
Di momentum Sumpah Pemuda 28 Oktober, konferensi ini menjadi pengingat bahwa perjuangan generasi muda tidak lagi hanya di medan politik dan sosial, tetapi juga dalam menjaga keberlanjutan bumi dan peradaban.
Melalui ICONUS III, UIN Antasari meneguhkan tekad bahwa cinta tanah air dan cinta lingkungan adalah dua semangat juang yang tak terpisahkan — warisan nilai dari Sumpah Pemuda yang kini diterjemahkan dalam bahasa akademik dan aksi ekologis.
(*/al)






