
Mambarakat dalam Tradisi Urang Banjar
Tema “Mambarakat dalam Tradisi Urang Banjar” mengangkat salah satu nilai luhur yang telah lama menjadi napas kehidupan masyarakat Banjar. Mambarakat bukan hanya sebuah konsep etika, tetapi juga sistem nilai yang diwariskan lintas generasi dan melekat pada jati diri urang Banjar. Nilai ini mengatur cara seseorang menjaga kehormatan dirinya, menghargai orang lain, serta membangun hubungan sosial yang harmonis.
1. Makna Filosofis Mambarakat
Pada hakikatnya, mambarakat merujuk pada sikap yang memuliakan martabat manusia. Orang yang bamabarakat adalah mereka yang mampu menempatkan diri secara bijaksana, memahami batasan dalam pergaulan, dan menjaga tutur kata serta tindakan agar tidak melukai orang lain. Dalam budaya Banjar, manusia yang bermartabat bukan yang tinggi ilmunya semata, tetapi yang tinggi akhlaknya dan mampu menjaga adab dalam setiap interaksi.
2. Dimensi Sosial dan Kultural
Mambarakat mengatur hampir seluruh sendi kehidupan sosial. Ia hadir dalam cara urang Banjar berbicara dengan bahasa yang halus, menggunakan metafora atau kiasan untuk menghindari konflik langsung, serta mengutamakan kesantunan dalam forum keluarga maupun masyarakat.
Budaya bahadap (saling menghormati) dan baharakatan (menjaga hubungan baik) merupakan bagian penting dari nilai ini. Sesama warga dituntut menjaga rasa agar tidak menyinggung, serta mengutamakan kebersamaan di atas kepentingan pribadi.
3. Peran dalam Tradisi Banjar
Beragam tradisi Banjar lahir dari nilai mambarakat, seperti:
- Gotong royong dalam hajatan, tandak, atau kegiatan kampung.
- Sikap ramah dan terbuka terhadap tamu sebagai bentuk penghormatan.
- Adab dalam musyawarah, yang mengutamakan mufakat dan menghindari pertengkaran.
- Etika dalam berdagang, di mana kejujuran menjadi pusat relasi ekonomi.
Dalam keluarga, mambarakat diwujudkan melalui penghormatan kepada orang tua, kehati-hatian dalam berbicara, dan peran ibu sebagai penjaga harmoni rumah tangga.
4. Pengaruh Ajaran Islam dalam Mambarakat
Sebagaimana masyarakat Banjar yang sangat religius, nilai mambarakat juga dipengaruhi kuat oleh ajaran Islam. Prinsip-prinsip seperti akhlakul karimah, ukhuwah, dan tawadhu’ memperkaya makna mambarakat, sehingga nilai ini bukan sekadar adat, tetapi menjadi bagian dari ibadah sosial.
Orang Banjar memandang bahwa menjaga rasa dan kehormatan orang lain adalah bentuk kebaikan yang bernilai pahala.
5. Fungsi Sosial dan Kohesi Masyarakat
Secara sosiologis, mambarakat berfungsi mempertahankan keutuhan masyarakat Banjar. Ia menjaga agar ruang sosial tetap penuh harmoni, bebas dari konflik berkepanjangan, dan menciptakan rasa aman antarindividu.
Ketika nilai ini dipraktikkan, masyarakat memiliki “perisai moral” dalam menghadapi dinamika kehidupan. Prinsip ini juga menumbuhkan trust (kepercayaan sosial) yang membuat interaksi masyarakat lebih lancar dan produktif.
6. Tantangan Modernisasi
Di tengah perkembangan zaman, nilai mambarakat menghadapi tantangan dari pola hidup modern yang lebih individualistis dan ekspresif. Media sosial, misalnya, membuat orang lebih mudah mengungkapkan emosi tanpa filter budaya yang dulu dijaga ketat.
Karena itu, kajian dan dialog mengenai mambarakat menjadi penting untuk menjaga nilai ini tetap relevan dan dipahami generasi muda. Konteksnya mungkin berubah, tetapi ruhnya tetap sama: adab, hormat, dan kebijaksanaan dalam pergaulan.
7. Relevansi bagi Generasi Muda Banjar
Generasi muda Banjar ditantang untuk terus mempertahankan nilai mambarakat sebagai identitas lokal yang membedakan mereka dalam dinamika global. Nilai ini dapat menjadi pedoman etika, terutama dalam lingkungan kampus, dunia kerja, dan kehidupan digital.
Mambarakat tidak membuat seseorang kaku, tetapi justru mendorong manusia menjadi lebih beradab, terukur dalam bertindak, dan selalu menghargai ruang sosial orang lain.
Kesimpulan
Mambarakat bukan hanya tradisi, tetapi ruh yang hidup dalam budaya Banjar. Ia menyatukan nilai adab, religiusitas, kearifan lokal, dan harmoni sosial. Memahami dan menjaga nilai ini berarti menjaga identitas Banjar itu sendiri agar tetap lestari dari generasi ke generasi.



