Merantau Demi Ilmu: Cerita Mahasiswi Baru Angkatan 2024 dari Palembang di Program Studi Ilmu Alquran dan Tafsir
Banjarbaru, 27 Agustus 2024 — Andita Salsabila, mahasiswi asal Palembang, Sumatera Selatan, yang baru saja memulai pendidikannya di Fakultas Ushuluddin dan Humaniora, Program Studi Ilmu Alquran dan Tafsir, UIN Antasari Banjarmasin, berbagi pengalamannya sebagai mahasiswi rantau pada acara PBAK 2024.
Dalam sebuah wawancara, Andita mengungkapkan bahwa pengalaman awal kuliah di UIN Antasari merupakan tantangan yang cukup besar baginya. Salah satu tantangan terbesar yang dihadapinya adalah beradaptasi dengan bahasa dan budaya lokal. “Hal pertama yang harus saya lakukan adalah belajar bahasa di sini dan mengenal budaya setempat,” ujar Andita. Dia menambahkan bahwa meskipun bahasa Indonesia digunakan secara umum, dialek dan kebiasaan lokal memerlukan penyesuaian yang tidak sedikit.
Andita juga menjelaskan alasan yang membuatnya tertarik memilih fakultas ini. “Visi UIN Antasari yang unggul dan berakhlak membuat saya terkesan. Saya merasa bahwa akhlak sangat dijunjung tinggi di sini, dan itulah yang membuat saya yakin untuk memilih universitas ini, terutama fakultas ini,” jelasnya. Selain itu, Andita tertarik pada Program Studi Ilmu Alquran dan Tafsir karena saran orang tuanya yang menginginkan ia dekat dengan Alquran sebagai pedoman hidup. “Menurut orang tua saya, dekat dengan Alquran adalah jalan hidup yang insyaallah selalu dijaga oleh Allah. Jadi, saya yakin ini adalah pilihan yang tepat,” tambahnya.
Sebagai mahasiswi rantau, Andita mengakui masih menghadapi tantangan besar, terutama dalam berkomunikasi dengan orang-orang di sekitarnya. “Saya masih berusaha menyesuaikan diri, terutama dalam berkomunikasi dengan teman-teman di sini yang memiliki cara bicara dan budaya yang berbeda,” ujarnya. Untuk mengatasi hal ini, Andita memilih untuk mengamati dan belajar dari lingkungan sekitarnya. “Saya perhatikan dulu bagaimana cara orang di sini, dari situ saya belajar dan menyesuaikan diri,” katanya. Dia juga aktif mengikuti kegiatan-kegiatan kampus untuk memperluas pergaulan dan memahami lebih dalam budaya lokal.
Selain tantangan, Andita merasakan dukungan yang memadai dari Fakultas Ushuluddin dan Humaniora, terutama bagi mahasiswi rantau seperti dirinya. “Alhamdulillah, Fakultas Ushuluddin dan Humaniora sangat mendukung mahasiswi rantau seperti saya. Mereka menyediakan beasiswa, seperti Program Khusus Ulama (PKU), dan fasilitas asrama yang sangat baik,” ujarnya. Selain beasiswa dan asrama, Andita juga mendapat bimbingan dari dosen-dosen yang siap membantu mahasiswa dalam memahami materi perkuliahan dan penyesuaian budaya akademik di UIN Antasari.
Meskipun perjalanan awalnya di UIN Antasari tidak mudah, Andita optimis bisa beradaptasi dan berkembang. Dia berharap pengalamannya bisa menjadi inspirasi bagi mahasiswa lain yang juga menghadapi tantangan serupa.
